Kamis, 03 Maret 2011

NU bercerminlah

NU Bercerminlah


Berikut sebuah potret di kalangan ulama NU menghadapi paham Wahhabi
Siang itu, Katib PCNU Jak-Sel disambangi oleh seorang muridnya yang baru saja kembali dari Tanah Suci. Sang murid datang dengan membawa sebuah buku dan kaset yang ia peroleh dari pemerintah Saudi. “Ustadz, saya datang kemari untuk bertanya prihal isi buku dan kaset ini, apakah sejalan dengan ajaran dan faham kita?” sang murid bertanya.
Beliau sempat tertegun sejenak lalu menjawab, “Kitab dan kaset ini memang tidak sejalan dengan faham dan ajaran kita, Ahlussunnah wal jama’ah ‘ala thoriqati Nahdatil ‘Ulama, dan perlu mendapatkan penjelasan agar tidak salah dalam menerapkannya”.
Sumber: http://www.pcnujaksel.com/index.php?option=com_content&view=article&id=53%3Ajamaah-haji-umrah-dan-proses-wahabisasi

Kalangan ulama NU memprihatinkan keadaan warga NU yang menunaikan ibadah haji,  menurut perkiraan mereka sendiri hampir 70% masih awam beragama atau belum memahami dan mendalami agama dengan baik.  Keprihatinan ini kita bisa kita ketahui dari pernyaataan mereka berikut,
“Seandainya dari 207.000 jama’ah haji Indonesia, 40% nya adalah warga Nahdiyyin, maka ada sekitar 82.800 warga Nahdiyyin yang melaksanakan Haji.
Andaikan dari jumlah tersebut terdapat 70 % jama’ah yang tergolong awam (belum memahami dan mendalami agama), maka terdapat 57.960 jama’ah Nahdiyyin yang rawan atau berpotensi terpengaruh ajaran dan faham Wahabi per musim haji. Angka tersebut belum termasuk dari jama’ah Umroh yang ribuan juga jumlahnya.”
Sumber: http://www.pcnujaksel.com/index.php?option=com_content&view=article&id=53%3Ajamaah-haji-umrah-dan-proses-wahabisasi


Keprihatinan tersebut harus diatasi dengan langkah-langkah yang terarah dan terukur, agar agama dapat  dipahami dengan baik oleh mayoritas warga NU.  Kita bisa termasuk munafik jika mengaku ahlussunnah namun dalam kehidupan sehari-hari tidak menjalankan sunnah Rasulullah.

Ada beberapa langkah yang dilakukan kalangan Nahdiyin  dalam menghadapi paham Wahhabi antara lain

Pembentukan kepengurusan Kelompok Anak Ranting (KAR) yang berbasis di masjid dan musholla. Tugas utama kelompok ini adalah sebagai media diskusi seputar agama bagi warga NU.
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=8535

Menjawab buku "Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik" karangan H Mahrus Ali
http://www.nu.or.id/page.php/tfiles/File/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11867

Penerbitan buku “Buku Pintar Berdebat Dengan Wahhabi” Penulis: Muhammad Idrus Ramli , buku penjelasan kaum Nahdliyyin terkait kritik yang selama ini disematkan kaum salafi/wahhabi terhadap mereka.
http://www.nu.or.id/page.php/tfiles/templates/en/images/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=26868

Namun tampaknya langkah-langkah tersebut hanya diketahui dan dipahami oleh sebagin kecil saja dari warga NU, menurut pendapat kami belum menjangkau 70% yang masih awam beragama .

Perlu langkah cepat dan meluas agar 70% warga NU yang masih awam beragama itu benar-benar dapat menerapkan sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari-harinya berdasarkan pemahaman agama yang baik.

Indikator keberhasilan bukan dilihat dari kehadiran mereka dalam acara tahlilan, yasinan, muludan, istighotsah atau berbagai acara selamatan namun perlu indikator lain seperti berapa banyak kehadiran jama’ah yang mengikuti sholat wajib 5 waktu di setiap masjid dan musholla.

Mereka yang berpemahaman Wahhabi dengan baik menyiarkan dan menegakkan sunnah Rasulullah. Bahkan salah seorang Banser NU Jember telah mengaku bersalah / bertobat ketika menjadi warga NU. Silahkan lihat video-video berikut

http://www.youtube.com/watch?v=SwFi9Js7FMI
http://www.youtube.com/watch?v=fj-h3p71wfg
http://www.youtube.com/watch?v=YvVXybxCsg4
http://www.youtube.com/watch?v=1iI6CATMeVg
http://www.youtube.com/watch?v=1zPURbwCw9I
http://www.youtube.com/watch?v=ZiJGZEYtJQE
http://www.youtube.com/watch?v=1iI6CATMeVg
http://www.youtube.com/watch?v=SsobgzyPeLk

Dalam salah satu video tersebut mereka mengaku setelah keluar pesantren tidak mempunyai rasa keimanan. Pernyataan ini tentu tidak bisa digeneralisir untuk mengukur sistem pendidikan dikalangan NU, namun setidak-tidaknya menjadi bahan untuk bercermin.

Dari pengakuan mereka menjadikan kita bertanya sebenarnya apa yang dimaksud dengan ajaran ahlussunnah wal jama’ah ‘ala thoriqati Nahdatil ‘Ulama ataukah mereka yang mengaku dalam video tersebut saja yang tidak benar menerapkan ajaran aswaja ‘ala thoriqati Nahdatil ‘Ulama

Mereka bertobat menjadi warga NU dan mengikuti paham Wahhabi yang memang  baik dalam upaya menegakkan Sunnah Rasulullah namun mempunyai beberapa perbedaan dalam pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadits..

Kaum Wahhabi, dalam hal mengenal Allah ta’ala salah satunya berpegang pada hadits Jariyah tentang “di mana Allah” dan “Allah di langit” . Maha suci Allah dari “di mana” dan “bagaimana”.

Hadits itu bertentangan dengan dalil-dalil yang lebih kuat secara naqli dan `aqli. Hadits itu adalah hadits mudltharib, yang disebabkan oleh banyaknya versi dari hadits ini, baik secara redaksional maupun secara sanad hadits. Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan hadits ini adalah sahih tapi syadz dan tidak bisa dijadikan landasan menyangkut masalah akidah.

Begitu juga dalam video tersebut kita dapat diketahui  bahwa kaum Wahhabi memaknai ayat-ayat mutasyabihah secara dzahir contohnya dalam video tersebut mereka menyatakan bahwa Allah ta’ala mempunyai tangan namun tidak serupa dengan makhlukNya.

Padahal memaknai dzahir ayat-ayat mutasyabihat merupakan pangkal kekufuran sebagaimana pendapat Al Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H) dalam al Burhan al Muayyad berkata: “Jagalah aqidah kamu sekalian dari berpegang kepada zhahir ayat al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam yang mutasyabihat sebab hal ini merupakan salah satu pangkal kekufuran”.

Selain perbedaan dalam pengenalan Allah ta’ala, kaum Wahhabi berbeda dalam memahami tentang bid’ah , pembagian tauhid menjadi tauhid Rububiyah dan Uluhiyah,   dan perbedaan pemahaman lainnya yang beberapa telah kami uraikan dalam blog http://mutiarazuhud.wordpress.com

Diluar perbedaan tersebut , kaum Wahhabi terkenal gigih untuk  i’ttiba  (mengikuti) Rasulullah berdasarkan pemahaman mereka terhadap Al-Qur’an dan Hadits. Itupun mereka i’ttiba dengan memandang Rasulullah adalah manusia biasa dengan perbedaan utama Rasulullah menyampaikan wahyu. Mereka menolak mengagungkan , memuliakan  dan mencintai Rasulullah dengan cara umat muslim pada umumnya. Bagi mereka mencintai  Rasulullah cukup dengan mengikuti (i”ttiba) atau mentaati sunnah Rasulullah.

Muslim yang mengikuti (i’ttiba) Rasulullah belum tentu ia mencintai Rasulullah akan tetapi yang mencintai Rasulullah pasti ia akan berusaha untuk mencari tahu kabar tentang kekasihnya dan akan selalu berusaha untuk mengikutinya.

Kaum NU terkenal mencintai Rasulullah, terbukti dengan adanya muludan, barzanji dan berbagai macam sholawat seperti sholawat nariyah, sholawat baddar dll.  Namun tampaknya kecintaan itu belum diikuti sepenuhnya menegakkan sunnah Rasulullah terbukti dengan perkiraan ulama mereka sendiri bahwa 70% kaum NU yang menjalankan ibadah haji masih termasuk orang awam dalam beragama.

Sudah saatnya ulama  NU bercermin dan lebih memperhatikan kualitas kaumnya dibandingkan membanggakan kuantitasnya. Kualitas kaum merupakan bagian dari tanggung jawab ulama.

Perbedaan pemahaman juga merupakan kehendak Allah Azza wa Jalla namun setiap muslim adalah bersaudara.

Kita harus berlomba dalam kebaikan agar kelak dapat berkumpul dengan Rasulullah, para Nabi,  para Shiddiqin,  Para Syuhada dan Orang-orang sholeh.

Wassalam

Zon di Jonggol , Kab Bogor 16830