Ilmu Tasawuf (tentang Ihsan / Ma’rifat) bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan akhlak dan budi pekerti, tazkiyatun nafs, bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakal dan lain-lain.
Pokok pengajaran mereka hanya pada bidang Ilmu Fiqih (tentang Islam / Syariat) dan Ilmu Tauhid /. Usuluddin (tentang Iman / Hakikat).
Kemungkinan penolakan pengajaran Ilmu Tasawuf disebabkan oleh
- Allah tidak menganugerahkan kemampuan pemahaman ilmu Tasawuf kepada mereka.
- Mereka mengambil kesimpulan yang keliru terhadap data/fakta yang mereka ketahui terhadap orang-orang yang “mengaku” telah mempeljari ilmu Tasawuf.
Contoh fakta-fakta keliru yang mereka ketahui tentang mereka yang berkecimpung pada ilmu Taswuf antara lain:
- Ahli tasawuf, umumnya, dalam menjalankan agama dan melaksanakan ibadah tidak berpedoman kepada Al-Qur`ân dan Sunnah, tetapi, pedoman mereka adalah bisikan jiwa dan perasaan mereka, serta ajaran yang digariskan oleh pimpinan-pimpinan mereka.
- Juga termasuk doktrin ajaran tashawwuf yang sesat, yaitu apa yang mereka namakan sebagai suatu keadaan/tingkatan, yang jika seseorang telah mencapainya, maka ia akan bebas dari kewajiban melaksanakan syariat Islam.
- Mereka membatasi ibadah hanya pada aspek al-mahabbah (kecintaan) saja dengan mengenyampingkan aspek-aspek lainnya, seperti aspek al-khauf (rasa takut) dan ar-raja` (pengharapan), sebagaimana terlihat dalam ucapan beberapa orang ahli tasawuf: "Aku beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, bukan karena aku mengharapkan masuk surga, dan juga bukan karena takut masuk neraka" .
Pelurusan atas fakta-fakta keliru di atas,
- Pendapat syaikh Abu Al Hasan Asy-Syadzili, ” Jika pendapat atau temuanmu bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits, maka tetaplah berpegang dengan hal-hal yang ada pada Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian engkau tidak akan menerima resiko dalam penemuanmu, sebab dalam masalah seperti itu tidak ada ilham atau musyahadah, kecuali setelah bersesuaian dengan Al-Qur’an dan Hadits
- Pendapat Syaikh Abu al Hasan Asy-Syadzali, jika seorang yang fakir tidak mewajibkan dirinya untuk mendirikan sholat 5 waktu dengan berjamaah, maka jangan engkau dengarkan ocehannya” atau Berkata Imam Abu Yazid al Busthami yang artinya, “Kalau kamu melihat seseorang yang diberi keramat sampai ia terbang di udara, jangan kamu tertarik kepadanya, kecuali kalau ia melaksanakan suruhan agama dan menghentikan larangan agama dan membayarkan sekalian kewajiban syari’at”
- Pemahaman kaum Salaf(i) terhadap pernyataan ahli tasawuf di atas, dkarenakan metode mereka dalam pemahaman secara tekstual, harfiah atau apa yang tersurat. Mereka tidak dianugerahi kemampuan pemahaman secara tersirat.
Metode pengajaran kaum Salaf(i) yang tidak memasukkan pengajaran ilmu Tasawuf mengakibatkan Al-Qur’an dan Hadist dimaknai hanya sebagai dalil, hukum, perintah dan larangan semata.
Metode pengajaran seperti ini memang baik sebagai bentuk ketaatan, penyeragaman, doktrinisasi. Efektif untuk mengatasi permasalahan waktu itu yakni tahyul, bid’ah dan khurafat.
Kelemahannya adalah menjadikan manusia seperti robot yang terprogram secara logika/akal tanpa unsur hati. Sehingga dengan metode pengajaran Salaf(i) ini para pengikutnya akan mengikuti atau diwarnai oleh "suasana hati" atau kepentingan dari yang mengajarkan. Sebagai contoh bagaimana “suasana hati” dari kaum yang kita kenal Salafi Jihadi, "suasana hati" kaum Ikhwanul Muslimin atau para pengikut ketika kehidupan Muhammad bin Abdul Wahab memenuhi “kepentingan” penguasa Muhammad bin Sa’ud.
Manfaat pengajaran ilmu Tasawuf adalah seraya mempersiapkan pengikut / murid / umat dalam urusan hati agar mudah (ikhlas) menerima pengetahuan baik dalil, hukum, perintah dan larangan. Dimulai mengenal diri sendiri kemudian dilanjutkan mengenal Allah (makrifatullah) yang mengeluarkan perintah dan larangan. Dari pengenalan inilah kita dapat memaklumi kenapa Allah membuat perintah dan larangan yang semua itu dalam rangka ke Maha Pengasih dan ke Maha Penyayang Nya.
Sehingga kita ikhlas menjalani perintahNya dan menjauhi laranganNya walaupun ibaratnya tidak ada surga maupun neraka seperti yang dinyatakan ahli tasawuf sebelumnya.
Sebagaimana pendapat syaikh Abu Al Hasan Asy-Syadzili,
Kaum sufi (orang yang mengeluti tasawuf) telah menyerahkan kendali mereka pada Allah. Mereka mempersembahkan diri mereka di hadapanNya. Mereka tidak mau membela diri karena malu terhadap rububiyah-Nya dan merasa cukup dengan sifat qayyum-Nya. Karenanya, Allah memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang mereka berikan untuk diri mereka sendiri.
Kalau kita ibaratkan kaum Salaf(i) adalah yang melihat dengan "mata kepala" sehingga emas dan tanah itu tetap berbeda
Sedangkan kaum Sufi adalah yang dapat melihat dengan "mata hati" sehingga dapat melihat emas dan tanah itu sama
Dalam hadits diriwayatkan bahwa ketika Nabi saw. bertanya kepada Haritsah, “Bagaimana kabarmu pagi ini wahai Haritsah?” Ia menjawab, “Pagi ini aku benar-benar beriman.”
Mendengar jawabannya, Nabi berujar, “Setiap kebenaran ada hakikatnya. Apa hakikat imanmu?”
Ia menjawab, “Aku berpaling dari dunia sehingga bagiku sama saja antara emas atau tanah. Seolah-olah aku melihat penduduk surga tengah merasakan nikmat surga. Dan seolah-olah aku melihat penduduk neraka sedang merasakan siksa. Juga seolah-olah aku melihat Arasy dengan jelas. Karena itu, aku bangun malam (untuk beribadah) dan berpuasa di siang hari.”
Mendengar jawabannya, Nabi bersabda, “Wahai Haritsah, kau telah makrifat. Tetaplah dalam keadaanmu!”
Kemudian Nabi melanjutkan, “Ia hamba yang Allah terangi hatinya dengan cahaya iman.”4
Silahkan membaca tulisan yang berhubungan di http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/03/29/seolah-melihat/
Wallahu a’lam
[...] Kelemahan Salafiyyah [...]
BalasHapus[...] Kelemahan Salafiyyah [...]
BalasHapusheem..hem... aq jadi lucu membacanya, karena jawaban bukan melemahkan malah membenarkan dong. Coba dibaca ulang dengan baik-baik.
BalasHapusImam Syafi'i mengatakan,
BalasHapusBerusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
Kaum Salafiyyah menjadikan hidupnya "kering" bahkan cenderung "keras". Lihatlah diskusi di internet yang dilakukan mereka, baik antar mereka sendiri atau dengan jama'ah lainnya. Dapat kita lihat bahwa sebagian kaum Salafiyyah tidak menjaga adabnya di depan Allah bahkan dengan ilmu yang merekapunyai bisa mengarah kepada ujub. Naudzubillah min zalik.
Subhanallah, suatu nasehat yang jelas dari ulama Salaf yang kredibitas yang tidak diragukan, tidak ada hak untuk dihapus oleh org masa kini yang merasa benar
BalasHapusSaya sependapat klo yang dimaksud ulama Salaf adalah yang tidak sepahaman dengan Syaikh Ibnu Taimiyah atau Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab / Ulama Salafy Wahabi. Salaf tidak sama dengan Salafy Wahabi. Imam Madzhab yang empat lebih Salaf dibandingkan Syaikh Ibnu Taimiyah apalagi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
BalasHapusmestinya anda orang-orang juhud itu pergi ke gunung, berkhalwat, jangan bersosialisasi, jangan maen internetan, temui dan tinggal disana dengan rasulullah dan atau menyatu dengan Allah,...
BalasHapusanekhh......
tiap hari ngomongin juhud, takziyatun nafs, ikhlas, tapi kayaknya hatinya dongkol karena ada bantahan2 kesesatan tasawuf, mangunggaling kawula gusti, khurofat 'karamah', syirik apalagi bid'ah menyatu di dalamnya.
Sebagaimana muslim lainnya , kamipun diminta untuk mencintai saudara muslim lainya termasuk upaya-upaya saling mengingatkan agar kita tidak dalam kerugian.
BalasHapusKita harus bedakan antara Salaf dan Salafi. Salafi adalah mereka yang berupaya mengikuti Salaf. Bagaimana hasil upaya mereka, kita bisa lihat dari "output"/hasil pengikut nya
BalasHapusbegitu juga Ibnu Taimiyah,
BalasHapusIbnu Taimiyah jauh lebih Salaf daripada Ibnu Arabi....
Apalagi Aisyah ra dan Umar bin Khattab lebih salaf dari semua salaf.
BalasHapusMereka Aisyah ra dan Umar bin Khattab yang mengatakan bahwa Allah ada di atas langit. makanya yang mengikuti mereka itu adalah Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdul Wahab dan salafiyun pengikutnya.
Itulah yang disebut salafi (mengikuti salaf)
[...] Teratas Tinggalkanlah SalafyKelemahan SalafiyyahAllah TurunDi atas langitSaudaraku Salafiyyah Tentang Salafi Wahabi I’tiqad Salafi Di atas [...]
BalasHapusterimakasih atas penjelasannya ,jadi sedikit ngerti perbedaannya :P
BalasHapuswahabi jelas ngaco ,,mereka hanya taklid ama doktrin guru2 wahabi mereka,,wahabi2..enyahlah kau
BalasHapuskalau di bilang imam tsb hanya mengajarkan ilmu tauhid, itu adalah kebohongan besar, banyak buku-buku mereka yang menceritakan tentang hal-hal lain selain akidah..........tetapi memang mereka tidak pernah mengajarkan tasawuf karena Rasul pun tidak pernah mengajarkan tasawuf.......kalau anda bilang bahwa tasawuf itu adalah Ilmu Tasawuf (tentang Ihsan / Ma’rifat) bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan akhlak dan budi pekerti, tazkiyatun nafs, bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakal dan lain-lain. itu kan pengkaliman kalian saja.......... coba baca buku merek yang lain searching lah di google tentang buku-buku mereka........pasti anda temukan bahwa mereka juga mengajarkan tentang akhlak dan budi pekerti, tazkiyatun nafs, bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakal dan lain-lain.
BalasHapusapa kalian tidak taklid juga terhadap guru-guru anda.........kalian taklid begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh guru-guru anda bahwa wahabi itu begini dan begitu
BalasHapusTaklid Buta yang tidak diperbolehkan sedangkan taklid ataupun taat kepada guru/ulama dianjurkan oleh Allah, sebagaimana firmanNya yang artinya, ” Wahai orang-orang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosul-Nya dan ulil amri di antara kamu ” (QS An Nisa’ : 59 ). Sedangkan mengenai salaf(i) atau wahabi, sudah kami sampaikan letak perbedaannya silahkan lihat kotak indeks sebelah kanan dengan kategori "Tentang Salafi Wahabi"
BalasHapusSilahkan baca tulisan-tulisan berikut, usahakan secara berurutan.
BalasHapushttp://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/25/istilah-tasawuf/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/07/tasawuf-athaillah/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2009/03/25/sufidansayai/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/04/12/tujuan-hidup/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2009/03/24/berserah/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/04/12/ilmu-tasawuf/
Matur suwun mas atas penjelasannya. Semakin menambah keyakinan.. Alhamdulillah banyak saudara2 kita dari aliran Salafy/ Wahaby yang sudah taubat, dan kembali ke pemahaman salafussholeh yang ASLI....
BalasHapusMas mohon maaf ya, dan mohon dikoreksi kalau saya keliru. Menurut informasi dari rekan2 di yordania, Syech Albani pun sebelum wafatnya sudah meminta maaf (kpd kaum muslimin yg pernah tersakiti hatinya karena fatwa2nya) dan bertaubat serta mengakui kekeliruannya dalam akidah dan Ibn Taimiyah pun telah melakukan hal yang sama dan mengakui bahwa beliau pengikut Asy'ary..(dalam kitab Ad-Durar Al-Kaminah Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah karangan Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany). Dan jika memang sudah bertaubat, maka seharusnya kita semua umat muslim tetap memuliakan beliau2.
Mohon penjelasannya.
Jazakallahu khairan katsiran
Kita wajib menyampaikan perbedaan akidah / i'tiqad mereka , kaum salaf(i) atau wahabi.
BalasHapusPertaubatan mereka sampai sekarangpun belum tersiar pada khalayak ramai.
Namun pada intinya, InsyaAllah kami tidak membenci mereka secara pribadi, sekali lagi kami hanya sekedar menyampaikan agar umat muslim dapat mengambil pelajaran.
kalau saja mata hati dijadikan tolak ukur......menjalankan kehidupan yg nyunnah dan di ridhoi
BalasHapusberarti harus ada standarisasi mata hati dong?????????!!!!!!
sedangkan pandangan dari mata hati tiap orang berbeda-beda....
susah itu menstandarkannya... gimana ya,...?
mas mutiara zuhud, saya pernah denger kontradiksi ibnu taymiyah, dimana ibnu taymiyah mengkafirkan ibnu taymiyah, tolong dong diposting biar jelas.
BalasHapusmf.. bukannya Allah mnciptakan sesuatu sudah ada standardnya. cntoh sederhana hidung kita, apakah bau dari hidung seseorang dg yg lain berbeda?? tntu tidak Allah Mahacerdas dan sempurna dlm mendisain ctaanNya.. itu masih hidung, apalagi Hati yg mrupakan sarana kita mngenal sang khalik,, InsyAllah spt itu ukh/akh
BalasHapusikut nimbrung coba aku tanya yang dimaksud atas itu mana?
BalasHapuspadahal saya tahunya bumi ini bulat atau bundar atasnya orang arab sama ndak dengan atasnya orang malaisia, orang amerika, orang inggris, australia, jepang dan lain-lain.
kalau tidak sama terus atas yang mana yang dimaksudkan?
matur niwun jika di beri penjelasan, semoga jelas. Amin.
Assalamu'alaikum warahmatullah..
BalasHapussemoga Allah memberikan taufiq dan hidayahnya kepada pemilik blog ini..
sebagai seorang muslim..ana hanya ingin menasihatkan kepada antum supaya memelihara akhlak dan jenggot..