Rabu, 03 Februari 2010

Membaca pesan JK

Disebuah mailing list, terlibat membicarakan berita tentang sebuah cerita yang disampaikan JK ketika menghadiri acara tahlil, tujuh hari wafatnya almarhum Gus Dur, Selasa malam Rabu (5/1).


Jusuf Kalla bercerita, saat Gus Dur menjadi Presiden, dia diangkat menjadi Menteri Perindustrian.


Dalam suasana yang penuh ketegangan politik dan gaya kepemimpinan Gus Dur yang kontroversi, JK mengaku bahwa dia mempunyai kenangan yang tidak terlupakan. Salah satunya, dia pernah membohongi Gus Dur.


"Gus Dur doyan sekali memecat menteri. Setiap dua bulan sekali, Gus Dur memecat menteri. Sebenarnya, waktu itu saya sudah mau dipecat dua kali. Tapi, saya berhasil selamat," ujarnya.


Nah, JK punya pengalaman tentang ini. Kata JK, waktu itu dia dipanggil Gus Dur ketika sedang berada di luar negeri. Tiba-tiba, Gus Dur memerintahkannya untuk kembali ke Tanah Air, segera. Tanpa pikir panjang, JK pulang, dan segera menghadap atasannya. Dia berpikir ada masalah yang gawat.


"Anda sudah tidak bisa diajak bekerjasama lagi," begitu kenang JK mengutip ucapan Gus Dur ketika itu. Dengan penuh tanda tanya, JK mempertanyakan mengapa.


"Anda pergi ke luar negeri tanpa izin," kata JK yang mantan Ketua Umum Golkar ini, menirukan pernyataan Gus Dur seperti dilansir inilah.com.


Mendengar itu, JK langsung berpikir panjang, bagaimana agar dirinya tidak dipecat. Entah darimana idenya, tiba-tiba saja terlintas di pikirannya untuk menipu Gus Dur.


Lalu, JK mengeluarkan sebuah kertas. Dengan percaya diri, JK menyerahkan lembar kertas itu pada Gus Dur dan bilang: "Ini surat izin dari Setneg".


"Gus Dur tidak melihat. Nah, karena saya tipu itu, saya selamat dari pemecatan. Tapi, pas sebulan kemudian, saya dipanggil lagi. Dan, kali itu, saya dipecat betulan," kata JK disambut gelak tawa para hadirin. (mad)


Sumber: NU Online


Beberapa tanggapan/komentar secara awam (tersurat), antara lain,



  • Lucu yaaaaahhh, Seorang yang mengaku pejabat tapi menipu orang cacat...



  • Mungkin JK merasa bangga bisa menipu GD, tetapi menurut saya hal ini tidak layak untuk diceritakan saat tahlilan GD bahkan sampai kapan pun.



  • Mungkin sebenarnya dibawah sadar pikiran beliau, JK hanya ingin meminta maaf sama Gus Dur, walaupun hanya didepan jazad-nya.



  • Andaikan Anda harus memilih dua capres, Capres yang berpikir matang sebelum berbicara, dan capres JK yang berbicara sebelum berpikir matang2, langsung tabrak begitu, kira2 capres yang mana yng akan anda pilih ?



  • Saya hanya mengulas dada, seorang menteri (waktu itu JK menjadi menteri) melakukan penipuan terhadap presidennya yang kebetulan mempunyai keterbatasan.



  • Saya mengira itu hanya kelakar saja walau tidak tepat suasananya. Sekiranya benarpun saya bisa menghargai orang yang masih berani terbuka dengan kesalahan masa lalunya sebab problem di negeri ini sekarang justeru terlalu banyak orang yang lebih memilih menutup rapat-rapat rahasia sendiri dan kelompoknya supaya terkesan jejaknya bagus dimata publik padahal penuh kepalsuan, rekayasa dan tipu-daya. Banyak yang lebih memilih membiarkan publik tersesat selamanya daripada harus buka kartu yang sebenarnya.


Tampak disini para pemberi komentar/tanggapan belum dapat menyerap pesan sesungguhnya (tersirat) dari cerita ini.


Kata kuncinya adalah ucapan alm Gus Dur yang diceritakan, yakni,


"Anda sudah tidak bisa diajak bekerjasama lagi,"


Ucapan inilah yang menerangkan keadaan/suasana ketika itu.


JK sangat memegang teguh pendirian sehingga kadang pihak lain menilainya dengan “tidak bisa diajak bekerjasama lagi”.


JK ikhlas/rela/legowo melepaskan jabatan menteri dikarenakan memegang teguh pendirian dan beliau tidak "mencari" jabatan atau kekuasaan.


JK sebenarnya sudah memberi "peringatan", sehingga dianggap "sudah tidak bisa diajak bekerjasama lagi." Namun para pemimpin tidak menanggapi dan melanjutkan apa pendapat mereka sendiri.


Benarlah, pendirian JK, setelah beberapa bulan JK “dipecat” , kemudian GD dilengserkan. Sedangkan JK meningkat menjadi menko pada kabinet berikutnya.


Begitu pula dengan presiden SBY, yang telah “bersama” JK dari  2004 s/d 2009.


Diakhir periode kebersamaan, SBY pun terlihat menilai JK sudah “tidak bisa diajak bekerjasama lagi”. Sehingga ketika pilpres ada suatu kemungkinan cawapres dari Golkar namun asal bukan JK.


Salah satu pendirian teguh JK adalah untuk tidak membail-out bank Century dan beliau belajar dari peristiwa 1998 dimana rakyat menanggung akibatnya sampai sekarang dan kedepan. Kasus bank century dapat dijelaskan kepada masyarakat adalah dikarenakan "perampokan" semata,  sehingga dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat akan pengaruh krisis keuangan.


Benarlah, pendirian JK, selama 100 hari masa kepemimpinan SBY-BOEDIONO disibukkan dengan kasus Century dan kasus-kasus terkait.

1 komentar:

  1. memang mantap pak JK ini yach.. :)) salam knal mas nice post.. monggo mampir ke blog saya dan komen ya :).

    BalasHapus