Minggu, 06 Desember 2009

Kecerdasan Emosional Sang Pemimpin

Entah yang keberapa kalinya sang pemimpin negeri kita,  Presiden, SBY menegur keras (memarahi) seseorang didepan khalayak ramai dan diliput pula oleh media televisi. Kali ini beliau menegur salah seorang peserta Rapimnas III Demokrat di Jakarta Convention Center, Ahad (6/12) siang.

Salah satu catatan yang ada pada saya, ketika SBY menegur keras seorang peserta yang terlihat mengantuk saat mendengar pidatonya. Saat itu Presiden memberikan pembekalan pada acara Forum Konsolidasi Pimpinan Pemerintahan Daerah yang diselenggarakan Lembaga Ketahanan Nasional,  Selasa (8/4/2008).

Hampir satu jam Presiden memberi pembekalan pada acara yang dihadiri para Bupati, Wali Kota, dan Ketua DPRD Tingkat II se Indonesia itu. Ketika tengah mengkritisi budaya pemborosan energi, tiba-tiba Presiden menegur seorang peserta yang mengantuk. “Coba bangunkan yang tidur. Kalau tidur di luar saja,” kata Presiden. Sssb:

Sore ini (6/12/2009), saya menyaksikan di televisi pada acara Kabar Petang, TV One, bagaimana SBY menegur keras peserta dikarenakan “terlihat” sakit. Dengan jelas terlihat emosi sang pemimpin sambil menunjuk peserta Rapimnas dan berkata “kamu sakit” dan beliau seraya menahan emosi, menyarankan kepada peserta itu untuk memeriksakan diri ke dokter di luar ruangan (ke belakang ruangan).

Pada saat beliau menunjuk dan menegur keras peserta Rapimnas, mengingatkan saya kembali pada pernyataan beliau sendiri,  “Kalau ada 1 jari menunjuk jelek kamu, 4 jari lain menunjuk diri sendiri. Jangan menghina yang lain,”. Sssb:

Sangat disayangkan sang pemimpin, Presiden,  SBY  mencontohkan / memperlihatkan adab pemimpin yang kurang baik.

Rasulullah saw bersabda: “Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat mengontrol dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Apabila seseorang mampu menahan amarahnya, maka dia akan mendapatkan nilai keutamaan yang sangat besar dari Allah swt, dalam hal ini Rasulullah saw menyebutkan jaminan surga untuknya: “Janganlah engkau marah dan surga bagimu ” (HR. Ibnu Abid Dunya dan Thabrani).

Bagi pemimpin yang menguasai kecerdasan emosional, ketika hendak memarahi / menegur orang lain / bawahan di depan banyak orang maka pemimpin itu akan melakukan di saat/kesempatan berbeda dan berdua saja (panggillah orang / bawahan itu di kesempatan lain dan berdua saja). Sssb:

Prof Dr Wan Mohd Nor bin Wan Daud,  Peneliti Utama Institut Alam dan Tamadun Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia (ATMA- UKM) menulis buku bersama Prof Dr Naquib Alatas,  berjudul The ICLIF Leadership Competency Model (LCM): an Islamic Alternative ,dalam tulisan menyampaikan bahwa,  hilangnya adab bisa menyebabkan jatuhnya sebuah kepemimpinan. Sssb:

Semoga kemarahan SBY bukanlah tanda-tanda akan kejatuhan Beliau, namun sebuah kekhilafan semata dan kita berharap Beliau menyadarinya dan meminta maaf kepada Allah dan kepada orang yang ditegur keras itu.

Salam

Zon

Catatan:

Sssb:   = Salah satu sumber bacaan

UPDATE:

Berikut kronologis teguran yang seingat saya, agak sesuai dengan kejadian

Sumber: http://www.forumkami.com/forum/berita/27830-sby-rajin-menegur-peserta-rapimnas.html

Hal itulah yang terjadi di Rapimnas III PD di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu (6/12/2009) sekitar pukul 10.30 WIB. Kala itu SBY sedang berpidato. Baru 10 menit bicara, dia langsung terdiam sejenak. Matanya mengarah pada seorang pria setengah baya yang duduk di baris kelima dari delapan baris tempat duduk.

Pria itu terlihat menyangga kepalanya dengan tangan. Sikap ini tampaknya mengganggu SBY. "Anda sakit?" tanya SBY sembari tangannya menunjuk pada pria yang mulai ubanan itu.

Pria yang ditunjuk langsung tergagap. Dia kontan memperbaiki sikap duduknya, seperti rekan-rekannya yang lain. Seluruh mata peserta Rapimnas yang berjumlah 100-an dan semuanya mengenakan jaket biru PD, menatap ke arahnya. Suasana jadi hening plus sedikit tegang.

"Tolong yang kelihatan sakit, Anda ke belakang sana. Cari dokter," perintah SBY yang juga Ketua Dewan Pembina PD ini.

Pria yang ditegur tak bisa berkata ba-bi-bu. Dia didekati seorang Satgas PD. Satgas itu lalu membawa pria tersebut keluar dari ruangan.

Belum diketahui unsur pimpinan dari mana peserta Rapimnas itu. Juga belum diketahui apakah benar dia sakit. Setelah orang itu pergi, SBY melanjutkan pidato sambutannya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar