Selasa, 16 Maret 2010

Surat Terbuka utk SBY

(Surat terbuka untuk presiden RI, SBY )

Assalamu'alaikum wr. wb.

Satu lagi (maaf) kekeliruan yang telah dilakukan pemimpin negeri, presiden RI, SBY.

Kekeliruan ini dilakukan ketika beliau tidak “didampingi” oleh Jusuf Kalla, yang dapat menguasai perdamaian sesungguhnya.

Saat ini ironis sekali, pemimpin negeri yang mengaku muslim dan rakyatnya mayoritas muslim dapat "membunuh" sesama muslim yang berijtihad/berpemahaman berbeda, bahkan saudara-saudara muslim kita diberi "label" oleh pemerintah sebagai "teroris" seperti pelabelan yang dilakukan oleh kaum kafir.

Saudara-saudara muslim kita yang telah dilabeli  oleh negara  sebagai teroris dilakukan “pembunuhan” tanpa proses pengadilan yang merupakan hak asasi mereka sebagai warganegara/manusia.

Seharusnya pemerintah melakukan "penyelarasan" ijtihad / pemahaman mereka, dibantu oleh para alim ulama dalam rangka saling mengingatkan.

Sebagaimana firman Allah,

Sesungguhnya manusia dalam kerugian” (Al ‘Ashr, 2)

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling mengingatkan supaya mentaati kebenaran dan saling mengingatkan supaya menetapi kesabaran” (Al ‘Ashr: 3)

Apapun pemahaman/ijtihad muslim selagi sama-sama menegakkan La Ilaha Illallah, Muhammad Rasulullah, maka tetaplah kita bersaudara. Marilah kita bersatu dalam kesatuan Aqidah Islam tanpa disekat oleh batasan negara, bangsa, suku maupun tarekat, kelompok atau golongan.

Ingatlah selalu apa sesungguhnya maksud Allah menciptakan manusia dan jin sebagaimana firmanNya,

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (Az Zariyat 56)

Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu (al Hijr 99)

Saya mengajak diri saya pribadi dan para pemimpin untuk menggapai ridho Allah bukannya menggapai ridho kaum kuffar.

Sudah saatnya kita menegakkan Islam sesungguhnya bagi perdamaian dunia tidak sekedar “menggunakan” Islam untuk  kepentingan politik atau kekuasaan.

Pemimpin negeri ini, presiden RI, SBY yang muslim dengan potensi/kekuatan jumlah umat muslim yang sangat besar  sebaiknya berperan dalam menjaga perdamaian dunia dan menegakkan kebenaran, bukannya “mengekor” saja kepada kaum kuffar, (maaf) bagaikan kerbau dicucuk hidungnya.

Sebagaimana firman Allah,

"Hai orang-orang yang beriman,  janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya" ,  (Ali Imran, 118)

"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Ali Imran, 119)

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (Al Maaidah: 82).

Sebagai muslim sesungguhnya,  Andalah yang berhak “mewarnai” tatanan dunia baru atau bahkan memimpin dunia. Umat terbaik yang memimpin dunia.

Allah telah berfirman dengan artinya,
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" (Ali Imron : 110).

Saatnya sekarang pemimpin negeri ini yang muslim dibantu para alim ulama untuk “menyatakan pendapat” kepada mereka-mereka yang melabeli “teroris” kepada saudara-saudara muslim kita. Saatnya “menyatakan pendapat” terhadap saudara-saudara muslim kita yang negaranya “diguncang”, “diserang”,  bahkan “dijajah” seperti Palestina, Afghanistan, Irak, Somalia dll. Umumnya  adalah saudara-saudara muslim kita yang dalam kehidupan mereka di dunia hendak menegakkan Syariah Islam

Saatnya kita memainkan peran dalam kancah dunia sebagai bentuk upaya perdamaian dunia  sejati sebagai perwujudan perintah Allah agar kita tidak membuat kerusakan dimuka bumi  Sekaligus perwujudan kehendak Allah menjadikan manusia sebagai khalifah sebagaimana firman Allah,

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:  "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al Baqarah:30)

Salam Ukhuwah Islamiyah.

Zon di Jonggol

*********************     *******       ***********************

*********************      *******     ***********************

(Berikut tanggapan atas tanggapan para pembaca (netters) )

Banyak tanggapan yang disampaikan oleh para pembaca (netters). Pada umumnya berisikan "mengajak" saya memahami korban-korban yang diakibatkan oleh bom-bom seperti di bali, kuningan, jw marriot dll.

Bagaimana klo korban itu, ada hubungan keluarga dengan penulis, mereka anggap mungkin saya akan memikirkan kembali tulisan diatas.

Saya bukannya sekedar membela saudara-saudara muslim saya yang oleh pemerintah dilabeli "teroris" untuk memperoleh haknya sebagai warganegara/manusia, namun saya juga membela para pemimpin negeri ini agar tidak membuat kekeliruan. Sekaligus menghindari kemungkinan korban-korban berikutnya dari kemungkinan kekeliruan kebijakan pemerintah.

Kita sebagai manusia, pada umumnya selalu berpikir atau memberikan reaksi
terhadap suatu akibat bukan pada "penyebab"nya.

Sebagai contoh ketika kita sakit dan "mengeluh" sakit kepala, umumnya kita
berpikir atau memberikan reaksi pada sakit kepalanya. Padahal untuk memecahkan masalah tersebut, sang dokter akan mencari tahu apa yang menyebabkan sakit kepala.

Berkali-kali negeri kita ditimpa masalah dari "akibat" Bom Bali, Bom Kuningan, Bom Marriot. Namun tampaknya "kecerdasan" pemerintah, hampir sama dengan masyarakat pada umumnya, memberikan reaksi terhadap "akibat" semata.

Bagi saya, solusi yang baik untuk mengatasi "akibat" yang telah terjadi adalah
pemerintah bersama alim-ulama membahas, mencari tahu kenapa (sebab apa) saudara-saudara muslim kita itu berpemahaman / ijtihad seperti itu ? Inilah yang saya sebut mencari penyebab atau mendiagnosa masalah.

Sayapun sebagai warganegara tidak menginginkan berjatuhan korban-korban berikut, apalagi kalau korban tersebut adalah mempunyai hubungan keluarga dengan saya.

Saya turut menghaturkan terima kasih atas kepedulian, bantuan yang telah
diberikan terhadap saudara-saudara saya juga yang menjadi korban bom-bom yang lalu.

Sungguh jangan sampai terulang kembali kejadian bom di negeri ini.

Juga janganlah ada polisi-polisi atau warga sipil lainnya yang meninggal karena sebuah kebijakan pemerintah yang keliru.
Salam damai.

*********************     *******       ***********************

*********************      *******     ***********************

(Berikut tanggapan atas tanggapan lain para pembaca (netters) )

Menurut pembaca (netter):  Dalam kasus teroris , yang harus dilakukan oleh manusia adalah satu , yaitu mengutuknya . Titik . Tidak perlu mencari pembenaran atas tindakan yg melanggar kemanusiaan tersebut .Tidak perlu melakukan pembelaan terhadap mereka. Jangan berikan dukungan apapun terhadap para penebar teror dan ketakutan ini , bahkan simpati sekalipun . Hukum harus ditegakkan !

Setuju, hukum harus ditegakkan. Saya tidak melakukan pembenaran namun mempertanyakan hak saudara-saudara muslim yang telah dilabeli teroris oleh pemerintah.

Bagaimanakah pendapat anda, jika ada kemungkinan pemerintah berkeinginan melakukan “pembunuhan” kepada sekelompok warganegara muslim  dengan membuat sebuah “rencana”, “perangkap”, “siasat” sehingga sekelompok warganegara muslim tersebut terkondisikan dan dilabeli “teroris” kemudian dilaksanakanlah “pembunuhan” atau penghukuman terhadap mereka ?

Tentu hal itu hanyalah sebuah mimpi / skenario buruk yang tidak terjadi di negeri yang berlandaskan Pancasila ini. Namun tetaplah itu sebuah kemungkinan.

Sekali lagi tidak mungkin seperti itu.

Sebagaimana yang saya muat di tulisan “surat terbuka”  diatas, solusi yang terbaik adalah

Pemerintah melakukan “penyelarasan” ijtihad / pemahaman mereka, dibantu oleh para alim ulama dalam rangka saling mengingatkan.

Kita ibaratkan negeri/pemerintahan ini sebagai sebuah keluarga besar. Presiden sebagai orang tua / kepala keluarga  dan warganegara sebagai putra-putri / anak.

Apakah yang dilakukan orang tua / kepala keluarga untuk mewujudkan keluarga sakinah ?

Diantaranya adalah,

Membuat peraturan/hukum dalam keluarga agar hubungan antar anggota keluarga terjalin harmonis.

Mendidik,  memberikan pemahaman, membuat kesepakatan agar setiap anggota keluarga dapat berperilaku baik

Seorang anak  dapat saja menerima pegaruh / pemahaman yang buruk dari luar/eksternal.

Kadang kita temukan orang tua yang kurang baik akan melabeli anak tersebut sebagai “anak nakal”.  Sebagaimana pemerintah melabeli warga negaranya sebagai “teroris”.

Pemberian label kepada anak tersebut sesungguhnya bagaikan sebuah “sertifikat” kegagalan orang tua mewujudkan keluarga sakinah bahkan sebagian orang berpendapat bahwa pemberian label kepada anak tersebut bisa jadi merupakan sebuah “doa” kepada Allah.

Belajar dari contoh kasus anak menerima pengaruh / pemahaman buruk dari luar/eksternal, solusi yang terbaik adalah “menyelaraskan” kembali pemahaman anak tersebut sesuai aturan/hokum yang berlaku dalam keluarga.

Kita sebagai orang tua tidak baik jika memberi hukuman “membuang” anak tsb atau bahkan “membunuh” anak tersebut. Hal ini karena ada “ikatan”/”hubungan” antara orang tua dengan anak.

Dalam dunia pemerintahan/negara, antara pemimpin dan yang dipimpin tampak semakin memudar “ikatan” atau “hubungan” tersebut.

Apalagi seorang pemimpin yang muslim   terhadap warga negara yang muslim seharusnya berlaku sesuai yang difirmankan Allah,

Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10).

Silahkan baca sebuah tulisan yang cukup menyentuh dan menarik sebagai bahan pelajaran bagi kita semua,

http://syumulnetwork.blogspot.com/2008/08/muslim-itu-bersaudara.html

Salam damai dan bersaudara.

3 komentar:

  1. Artikel ini sesuai dengan hati nurani & isyarat dalam Al Qur'an, alangkah bodohnya orang2 yang langsung memvonis padahal berita juga mengatakan 'DIDUGA' .. sedih kok hari gini masih bisa dibodohi sama DAJJAL, kenapa tidak memetik pelajaran dari peristiwa Irak, WTC, Afganistan, Palestina yang semuanya hanya fitnah ... yang dilakukan oleh negara2 DAJJAL? tapi keyakinan yang tidak bisa terbantahkan bahwa Islam akan bangkit karena janji Allah akan menjadi kenyataan. Yang meyakini fitnah dajjal hanyalah orang2 munafik/fasik, yang akan terpisahkan dari barisan Muslim Sejati.

    BalasHapus
  2. Saya saat ini tinggal di Luar negeri di Timur Tengah yang notabene negara Islam. Saya merasa "at home' diluar negeri
    karena saya seorang muslim yang membutuhkan berkehidupan muslim secara baik wajar. Saya butuh sembahyang 5 kali dimasjid dimana saya berada, saat kerja dikantor , jalan-jalan di Plaza saat berada ditaman...dsb...
    Itu bisa saya lakukan dimanapun...karena masjid ada dimana mana dan semua masjid dipelihara/dibeayai oleh Negara.

    Saya rasakan juga hal ini dinegara Brunai Darussalam yang notabene muslimnya hanya 65-70%. Karena disana Rajanya Muslim

    Berbeda dengan Indonesia yang Umat Islam 85% (mayoritas)
    tetapi rasanya Umat Islam di Indonesia hanya numpang dinegara yang seperti bukan mayoritas Islam. Karena Indonesia justru kaum minoritas yang merasa "at home"

    Saran saya kepada SBY dan semua Para Pemimpin/Calon Pemimpin. Untuk menghindari "Cara-Cara/Pemikiran yang dituduhkan ke Umat Islam sebagai Extrem" tidak tumbuh
    BUATLAH DUDUKKANLAH UMAT ISLAM SEPERTI DIRUMAH SENDIRI.

    Saya merasakan kalau saya cuti ke Indonesia dan saya pergi ke Mal-mal, jarang yang membuat musolla ditempat yang nyaman, selalu terletak di Pojok.

    Apa alasan kenapa saya sampai kepada kesimpulan saran diatas.
    KARENA DINEGARA ISLAM YANG SAYA TINGGAL, TIDAK TERBENTUK/TUMBUH PIKIRAN EXTREM, walaupun disana (dinegara-2 Islam) juga multi etnis dan multi agama.

    Saya berpendapat Indonesia tidak akan dirohmati Allah
    karena sebagain basar Umat Islam justru dipinggirkan.

    Salam
    Fakih

    BalasHapus