Kamis, 25 Juni 2009

Pemikiran JK bag 4 - Kemandirian

Dalam rangka mendukung siapakah sosok yang didukung oleh para Ulama dan mempertimbangkan bahwa “tak kenal maka tak sayang”, marilah kita lihat sosok JK berdasarkan buah pikiran beliau yang diambil dari 2 buah buku kumpulan pidato tanpa teks yang direkam dan ditranskripsikan dalam judul.

Buku ke-1, Pikiran-pikiran Praktis M. Jusuf Kalla – Mengurai benang Kusut, 68 Pidato

Buku ke-2, Bunga Rampai Lepas M. Jusuf Kalla – Krisis Membuahkan Kemajuan, 71 Pidato

Dengan melihat buah pikiran beliau, semoga kita dapat membaca kompetensi/ kemampuan dan harapan beliau dalam memimpin negeri ini kelak.

Berikut cuplikan pemikiran beliau tentang kemandirian, buku ke-1, hal 457 s/d 468

Mari Kita  Kerjakan Sendiri,

Satu hal yang harus ada dalam pikiran kita adalah semua harus dijalankan dengan satu otak, otot, dan kantong Indonesia.hilangkan paradigma bahwa kita tidak mampu.

Saya baru saja pulang dari Bali. Di pesawat kebetulan diputarkan film dari Discovery Channel tentang mengastruktur di Dubai. Film ini memperlihatkan bagaimana pembangunan mengastruktur itu dilakukan, termasuk juga yang ada di Negara-negara seperti kita. Setelah itu saya menuju bandara Bali untuk melihat bagaimana dan seberapa pesat kemajuan pembangunan di sana. Turis-turis sudah  mulai masuk lagi, dan kami semua minta agar bandara Bali segera di perluas.

Saya masih ingat bahwa bandara ini didesain dan dibangun oleh Jepang. Saya tidak merasakan bahwa desain itu hebat, karena dibanding dengan dandara yang lain rasanya bandara ini sangat rumit. Karena itu, saya ingin kembali menekankan bahwa kita harus lebih menggunakan otak kita sendiri. Selain otak, otot dan kantong kita sendiri perlu dimanfaatkan untuk membangun bangun bangsa.

Selama ini ketergantungan kita kepada pihak asing sangat luar biasa. Untuk membangun jembatan saya yang mungkin hanya seratus meter lebih sedikit, kita langsung mencari  konsultan asing. Pembangunan bendungan yang melebihi Rp 100 miliar, minta kontraktor asing. Pembangunan bandara yang besar-besar selama 60 ahun ini tidak ada satu pun yang memasang konsultan dalam negeri.

Saya melihat kelemahan kita ini adalah akibat kemajuan,atau dimanjakan, diperbodoh oleh system yang selama ini kita pilih. Walupun kita menghasilkan begitu banyak insinyur yang baik, tetap saja kita bergantung pada teknologi, kontraktor, dan konsultan dari luar negeri. Ketika terjadi krisis moneter, pembangunan kia langsung menurun dan semakin melemahkan posisi kontraktor kita. Sekarang kita baru menyadari bahwa kita harus membangun dengan kemampuan kita sendiri dan tidak menjadikan bangsa kita bangsa yang tergantung kepada orang lain untuk hal-hal yang sebenarnya bias dan patut kita kerjakan sendiri. Kita harus percaya dan memanfaatkan kemampuan kita sendiri. Itulah pemikiran yang harus selalu kita jadikan landasan.

Selama 10 tahun ini kita mengalami degadrasi. Mengapa terjadi degadrasi? Sepertinya kita ini hancur lebur. Kita ini sekumpulan orang yang tidak berbuat apa-apa lagi. Padahal sebenarnya tidak seperti itu. Kita mempunyai apresiasi tinggi.

Sebelumya, pertumbuhan ekonomi kita 8%, dan bisa dipastikan bahwa anggaran penmbangunan juga tumbuh sebesar itu. Pda tahun 1999 terjadi angka pertumbuhan negatif, sekarang ini sudah naik menjadi 45%. Tahun depan pertumbuhan itu harus diupayakan mencapai minimum 7%. Walaupun di DPR diperkirakan hanya tumbuh 6,8%, sebenarnya pemerintah menargetkan bangsa ini harus tumbuh lebih tinggi lagi. Kapasitas bangsa ini lebih besar daripada apa yang kita capai dewasa ini. Saya berulang kali mengatakan bahwa saya yakin bangsa ini dapat tumbuh lebih tinggi lagi, karena kita memiliki komoditas yag tidak dimiliki oleh orang lain di seluruh dunia.

Dimana-mana di dunia ini sedang dilanda kesulitan energi, sedangkan kita memiliki energi, apakah minyak, gas, hidro, atau batu bara. Tidak ada negara di dunia yang selengkap kita. Walaupun jumlahnya tidak sebesar, katakanlah Timur Tengah, atau Rusia, dibanding dengan negara Asia, kita masih sangat surplus energi, karena itu masih bisa menjalankan pembangunan kita. Seluruh dunia kekurangan mineral, apakah itu nikel, copper, bouksit, dan air. Kita dikaruniai dengan kekayaan alam, antara lain mineral-mineral tersebut.

Namun, satu hal menjadi kelemahan kita adalh ketergantungan pada pihak asing. Hal seperti ini harus segera diakhiri. perlu kita ketahui bahwa untuk mengelola sumber daya tersebut harus didampingi teknologi, juga dibutuhkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki kontraktor. Kontraktor itu bukan hanya untuk membangun rumah, saya rasa Anda semua tahu itu.

Soal komoditas, tidak ada negara di dunia ini yang mempunyai palm oil, karet, dan lain-lain seperti kita karena kita berada di daerah tropis. Sayangnya, kita mempunyai keterbatasan, yaitu tertinggal dalam soal teknologi dan sumber daya manusia.

Untuk mencapai kemajuan itu maka yang harus diutamakan adalh menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri bangsa ini. Semangat dan rasa percaya diri adalah syarat pokok. Kenapa saya mengatakan percaya diri dan semangat sangat pokok? Selalu selalu orang dengan mudah mengatakan, “Ya kita kan tidak punya uang!” “siapa bilang tak punya uang, ad Rp 300 triliun uang di bank yang tidak keluar, karena ada yang memakainya.” Karena itu, kalau ke mana-mana saya selalu mengatakan, “Jangan pinjam ke luar negeri, kita mampu. Yang tidak kita miliki adalah rasa percaya diri. Itu yang harus ditumbuhkan dengan sistem ini.”

Contoh Makasar

Saya juga bisa mengatakan bangsa ini miskin kemampuan dan kemauan. Pengalaman panjang saya, selama enam puluh tahun kita merdeka tetapi tidak pernah ada yang mencoba menbangun bandara dengan tenaga dan kemampuan sendiri, kecuali bandara perintis. mau membangun bandara di jakarta, kontraktornya Prancis. Membangun di surabaya, kontraktornya Jepang. Membangun di Padang, Jepang lagi. Di Manado dan Ambon oleh Word Bank yang konsultannya berasal dari berbagai negara. Kontraktornya memang dari dalm negri, tetapi kita tetap bergantung pada negara lain.

ketika  kita akan membangun bandara di Makasar, saya berkata, “Tidak boleh ada orang asing yang campur tangan di situ, titik.” Pakai otak kalian, pakai tangan kalian, pakai kantong kita . Bagaimana? Pokoknya saya tidak tahu, tidak boleh ada orang asingyang menyentuh ini sampai selesai. Bangsa ini harus di paksa. Memang dulu Prancis pernah menawar Rp 4 triliun. Kemudian terjadi evaluasi, Jepang hampir Rp 2,5 triliun. kemudian kita membangun sendiri dengan konsultan nasional, dengan kontraktor nasional, termasuk sebagian besar orang Makassar, dan ternyata pembangunan itu hanya menghabiskan Rp 1,5 triliun. Menurut saya, hasilnya itu adalah bandara yang paling cantik. Nanti kalau sudah selesai, kita undang semuanya untuk merayakan bahwa kita sebagai bangsa mampu membangun dengan kemampuan dan kekuatan sendiri.

Untuk membangun bandara Medan, kami mengundang semua pimpinan proyek di Medan untuk melihat pembangunan di Makassar. Tak usahlah kita mengandalkan bangsa lain, tidak boleh begitu lagi. Menurut saya, tidak apa kita membangun jalan dengan sedikit kekurangan. Misalnya jalannya sedikit berombak; lebih baik jalan sedikit berombak daripada kita tidak pernah memiliki rasa percaya diri. Yang berombak-ombal itu bisa kita sempurnakan.

Saya minta kepada Mentri PU untuk memberdayakan tenaga dalam negri tetapi katanya tidak ada orang lagi. Saya meminta untuk memanggil mereka yang sudah pensiun untuk kembali bekerja dengan gaji yang lebih tinggi. Meskipun kita melakukan outsourcing, tidak apa-apa karena ada satu tujuan mulia yang harus kita capai, yaki mengejar ketertinggalan kita dari pihak asing. tidak boleh lagi ada gubernur yang melapor bahwa semua sudah disetujuh Bank Dunia, sudah datang ahli dari Jepang, dari Korea untuk mengurus jagung. Kita memiliki IPB, UNPAD, dan lain-lain, semua harus kita berdayakan. Hilangkan paradigma bahwa kita tidak mampu. Kita harus mampu dan memang mempunyai kemampuan. Kalau betul-betul tidak mampu, barulah kita mencari ahli, tetapi terbatas saja. kalau ada teknologi itu atau kita mengirim orang untuk pergi mempelajarinya.

Bangsa ini bangsa yang kaya. Hanya saja, ada masa lalu yang kita harus diperbaiki, yaitu soal hutang, bunga, dan subsidi. Sekarang ini anggaran APBN kita sangat tinggi, tertinggi dalam sejarah republik ini sudah mencapai lebih dari Rp 360 triliun. Tiga tahun lalu hanya Rp 300 triliun. Pada pemerintah yang ini terjadi kenaikan hampir dua kali lipat, termasuk juga kenaikan pajak dan hal-hal lain. Namun, begitu kita menandatanginya, 40% lari menguap untuk membayar subsidi, membayar bunga. Karena itu, kita harus mengatasi masalah-masalah seperti ini dulu, sekali lagi dengan teknologi, bukan hanya berbicara di DPR. Kita bukan hanya menaikkan harga. Apa-apa saja disubsidi tersebut. Ternyata subsidi itu untuk minyak tanah, maka upayakan untuk menghapus minyak tanah dan menggantinya dengan gas elpiji, yang lebih murah. Subsidi apalagi, untuk listrik, memakai diesel, maka digantilah dengan batu bara. hal seperti itu membutuhkan investasi yang besar sekali. Dua itu saja sudah mencapai Rp 100 triliun.

Menurunkan bunga dan memperbaiki sistem pembayaran hutang, jika sudah melakukan semua itu, kita akan berkembang dan pasti kontrakor juga akan berkembang dengan sangat cepat.

Masalah apalagi yang dihadapi bangsa ini? ternyata masalah infastruktur, semua tahu itu. Kita kita harus membangun mulai dari jalan, listrik, telepon, pelabuhan laut, bandara. Saya kemudian mendatangi satu persatu, dan ternyata tidak ada yang susah. Sama sekali tidak susah.

Untuk membangun jalan tol, mula-mula kita berpikir bagaimana mendapat uang, lau kita berpikir untuk memanggil bank, kepada bank kita minta untuk membiayainya. Kalau tidak mau membiayai, mak banknya akan rugi, dan juga pejabat itu tidak bisa lagi menjadi dirut karena banknya rugi. Bank Mandiri, BNI, atau bank-bank lainnya, mula-mula hanya bank-bank itu, tetapi lama-lama siapa saja mau. Seandainya Menteri PU susah melyani permintaan membangun jalan tol sekarang, semua mau melakukannya. Kalau untuk membangun jalan tol, ada persoalan tanah, maka perlu dilakukan negosiasi tanah dengan betul, jangan hanya soal ganti rugi saja, tetapi harus ada untung. Kita harus ada untung, 50% daripada NJOP, tetapi jangan terlalu tinggi juga. Jadi, untuk jalan, listrik, bandara tersebut saja kira-kira hampir Rp 200 triliun. Itu harus selesai dalam tiga tahun karena pada 2009 kita semua harus berhenti. Artinya, kalau kita berhasil anda bisa memimpin kita lagi. Bukan hanya itu, negara ini sudah terlalu lama tidak maju. Jadi, saya yakin menjadi dua kali lipat pun jumlah kontraktor sekarang ini, mulai tahun depan akan setegah mati bekerja.

untuk menguruk saja, kalau satu proyek PLN membutuhkan biaya Rp 400 miliar, berapa truk yang di butuhkan untuk menguruk. ternyata proyek PLN itu nilainya US$ 600 juta. Masya Allah, itu sama dengan Rp 6 triliun. Zaman dulu kalau bicara triliun-triliunan, kita bisa terkejut. dalam satu kali rapat saya membagi-bagikan sekian triliun rupiah dengan gampang sekali. rasanya dulu waktu menjadi kontraktor,berhasil mendapat kontrak Rp 2 miliar saja sudah hebat sekali;sekarang mendapat kontrak triliun-triliunan rupiah diam-diam saja. Satu hal yang ada dalam pikiran kita  adalah bahwa semua harus di jalankan dengan satu otak, otot, dan kantong Indonesia.

Mari kita lihat Pelabuhan Tanjung Priok. Saya menginginkan pelabuhan yang berkelas internasional dalam waktu dua tahun, apakah bisa? Berapa biayanya? Ternyata hanya hampir Rp 2,5 triliun untuk tahap awal. Uangnya dari mana? Panggil bank untuk membiayainya. Jangankan R 2,5 triliun, Rp 10 triliun pun bisa di biayai. Dalam waktu seminggu, kita menantang, lebih menantang lagi bank itu. jadi, tidak ada yang susah di Indonesia selama ada tekad, ada semangat. Ada perintah untuk mmbangun pabrik gula,maka berdirilah pabrik gula dengan usaha sendiri. Utangnya di selesaikan dalam dua minggu.

Kita membutuhkan konntraktor semacam ini, maka carilah dan bayar kontraktor itu Rp 10 triliun, dan selesaikan utang Rp 10 triliun itu dalam 2-3 tahun. Jadi, apa pun bisa di jalankan, selama kita mempunyai semangat. Sekali lagi, komitmen Anda untuk meningkatkan pengetahuan teknologi harus berjalan. kita sudah merdeka lama sekali, karena itu kita harus menyegarkan otak kita lagi.

saya yakin bahwa jika kita memakai kemampuan kita sendiri, ongkos pembangunan yang kita kelurkan hanya setengah dari ongkos bila dikerjakan orang asing. Hal ini sudah di buktikan dalam pengalaman pembangunan bandara di Makassar itu. Selama ini kita di bodoh-bodohi oleh perusahaan-perusahaan luar negri atau kadang-kadang kita mendapat 1-2% karena ikut memberi dukungan dalam mendukung penawaran.

Karena itu, tahun ini,tahun depan, walaupun persentase anggaran pembangunan kita yang terfokus pada anggaran modal, lebih kecil persentasenya, tetapi jumlah nominalnya tinggi. Namun, kita bisa membagi menjadi dua, semua yang bisa dijalankan secara komersial, diberikan kepada yang komersial. Jadi, sakarang ini jangan hanya berpikir untuk menjadi kontraktor untuk pemerintah. Di jawa semua bisa komersial: pelabuhan, bandara, dan jalan. Semua itu bisa di laksanakan degan cara private partnership public private partnership. Namun, yang di luar jawa tidak mungkin ada sedikit yang komersial tetapi tidak semua . kalau membangun Trans Sumatera, Trans Kalimantan, kita tidak bisa memakai APBN. Pemerintah tentu lebih memfokuskan kepada daerah-daerah yang jauh. Contohnya, saya kira, untuk pertama kali dalam sejarah, Departemen PU anggarannya mencapai Rp 35 triliun.

Kami menantang Anda untuk mampu melaksanakan semua ini. semua yang di putuskan di DPR akhirnya tergantung di tangan Anda semua. kalau Anda cepat. Kalau Anda lambat, maka lambat pula anggaran. itulah prinsip-prinsip pokok yang harus kita laksanakan. kalau semua ini baik, kalau semua infrastruktur baik, keadaan politik lebih baik, keamanan baik, maka pasti swata akan lebih banyak lagi berperan serta.

Untuk itu, saya mengharapkan bahwa ada suatu pertimbangan kesiapan pemerintah dan kesiapan kontraktor. Tanpa kesiapan tersebut, pembangunan tidak bisa berjalan dengan baik. Kita sudah bertekad untuk tidak lagi mengunndang kontraktor-kontraktor dari luar, malah kita ingin mendorong kontraktor-kontraktor Indonesia ke luar, bekerja di Timur Tengah, dan di tempat-tempat lain. Hal seperti ini akan membuka kesempatan bagi semua kontraktor, karena kontraktor ini mempunyai multiplier effect yang besar.

Pada akhirnya pembangunan itu diukur dengan pertumbuhan; seandainya bangsa ini seperti China yang angka pertumbuhannya bisa 11. India 8, maka dengan angka 9 bolehlah. Kita harus membuat target, harus seperti Vietnam. Untuk bisa bisa seperti itu yang diperlukan adalah keadaan stabil, tidak bisa sedikit-sedikit buruh berdemo. Usahakanlah supaya buruh dibayar dengan benar, jangan sedikit-sedikit mengamuk seperti terjadi di Makassar. Kalau negara stbil, buruh baik, semua akan baik, tak ada yang akan susah.

Saya ingin mengulangi lagi pertanyaan saya, “Tunjukkan pada saya negara mana di Asia ini yang sebaik negara kita?” Tidak ada, yang menjadi masalah adalah hanyalah bahwa kita kalah dalam kemampuan mengelola bangsa. Namun, insya Allah dengan tekad yang teguh, kita tidak akan kalah. Saya berharap kita akan berkemang sesuai kemampuan kita sesungguhnya. Anda tidak bisa hanya menunggu seperti Bagdad yang meminta untuk menurunkan mutu pengawas. Hal seperti itu tidak bisa dilakukan, Kita tidak bisa menuggu, kita harus menaikkan kualitas. Bukan konsultan menaikkan itu, tetapi kita.

SAAT MENERIMA DEWAN PENGURUS

LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI

NASIONAL

ISTANA WAKIL PRESIDEN RI

JAKARTA, 26 SEPTEMBER 2007

3 komentar: