Jumat, 09 Juli 2010

Mengingat Allah

Revolusi akhlak bagi muslim di negeri kita dengan solusi selalu mengingat Allah


Kita sebagai muslim yang mengadakan “perjalanan” di alam dunia, secara tidak disadari menggantungkan cita-cita maupun tujuan hidup yang umumnya hubud dunya, cinta dunia.

Padahal Allah, telah memperingatkan kita dalam firmanNya, yang artinya

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, maka Kami penuhi balasan pekerjaan-pekerjaannya di dunia dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. Tetapi di akhirat tidak ada bagi mereka bagian selain neraka. Dan sia-sialah apa-apa yang mereka perbuat di dunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan”. (QS. Hud : 15-16)

Sebaiknya kita sebagai muslim harus berupaya atau bercita-cita menjadi muslim yang terbaik. Inilah perwujudan apa yang disunnahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yakni menjadi muslim yang Ihsan (muhsin). Ihsan adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.”

Sewaktu Jibril bertanya-jawab dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di depan para sahabat, Ihsan maksudnya adalah ”seolah-olah kita melihat-Nya walaupun kita tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat kita

Keadaan muslim yang Ihsan , “seolah-olah melihatNya” akan memotivasi kita untuk melaksanakan perintahNya, menjauhi laranganNya.

Muslim yang “seolah-olah melihatNya”, akan menjauhi laranganNya seperti, sombong, riya, ujub,  bohong, korupsi, mafia kasus/hukum, membuka aurat di depan orang yang tidak berhak, pornografi atau pornoaksi, zina, narkoba, riba  dll. Inilah solusi untuk revolusi akhlak bagi muslim di negeri kita ini.

Bagaimanakah kita mewujudkan “seolah-olah melihatNya” atau bertemu Allah atau dekat dengan Allah atau  bersama Allah (billah) ?

Imam Qusyairi mengatakan
“Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)”.

Dengan selalu sadar dan ingat kepada Allah (mengingat Allah), seorang muslim dapat mencapai tingkatan Ihsan, ”seolah-olah melihat-Nya”.

Penuhilah hati kita dengan selalu mengingat Allah, kita akan mencapai muslim yang Ihsan (muhsin), “seolah-olah melihat-Nya”.

Sebagaimana yang dikisahkan seorang pemuda dengan kekasih wanita nya. Di mana pemuda itu  setiap akan makan, mandi, tidur dan perbuatan lainnya selalu mengingat sang kekasih dan hatinya dipenuhi kekasihnya atau kekasihnya selalu hadir di hati pemuda itu, maka pemuda itu akan ”seolah-olah melihat kekasihnya”. Pemuda tersebut “seolah-olah” menjadi hamba sang kekasih.

Begitu pula bagi seorang muslim, yang mengingat Allah setiap melakukan perbuatan seperti ketika makan, mandi, tidur, mengadakan perjalanan dan perbuatan yang lain, muslim yang selalu mengingat Allah, sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi akan mencapai tingkatan ihsan, “seolah-olah melihatNya”.  Muslim yang menjadi hamba Allah.

Agar kehidupan kita di alam dunia ini selalu mengingat Allah maka seluruh perbuatan kita di alam dunia harus dengan sadar dan selalu mengingat Allah. Semua perbuatan muslim di alam dunia harus karena Allah (lillah) dan bersama atau dengan pertolongan Allah (billah).

Ini sekaligus bantahan bagi kaum sekuler yang memisahkan urusan dunia dengan urusan dengan Tuhan atau agama. Sehingga kelirulah bagi muslim yang mengatakan Agama Islam : Yes,  Partai Islam : No.

Apapun perbuatan, profesi, organisasi, institusi, lembaga, partai politik, jama’ah minal muslimin, harus merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits. Para pendiri negeri inipun menyadari bahwa pendirian atau kemerdekaan negara adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

Oleh karenanya kelirulah manusia yang merasa hidup seorang diri dan segala sesuatu merupakan adalah upaya manusia sendiri sehingga lupa mengingat Allah. Sehingga ada yang merasa gagal dalam upaya dan hidupnya serta merasa seorang diri menjalankan kehidupannya, akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara bunuh diri.

Padahal Allah, setelah menciptakan Manusia, Dia tidak membiarkan ciptaanNya begitu saja. Dia mengurusi manusia dengan ke Maha Pemurah dan Maha Penyayang Nya. Sungguh seorang manusia dalam perjalanannya di alam dunia tidaklah seorang diri, kita selalu dekat dengan Allah, hanya kita menghijabi diri dari Allah. Salah satu hijabnya adalah ego diri atau kesombongan diri.

Firman Allah yang artinya,

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur” (QS al Baqarah 2 : 255) .

Katakanlah: "Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari dari (azab Allah) Yang Maha Pemurah?" Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati Tuhan mereka. (QS al Anbiyaa 21:42)

“Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)” (QS. An Naml 27 : 62)

Berikut sebagian langkah-langkah kita sebagai muslim agar dalam perjalanan di alam dunia, seluruh waktunya dalam kesadaran dan selalu  mengingat Allah.

1. Tobat

Salah satu yang menghijabi manusia dari kedekatan atau bersama Allah (billah) adalah dosa. Segeralah mengingat Allah dengan bertobat yang sesungguhnya.

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (QS Ali Imran 3 : 135)

Allah dengan tegas menyatakan dalam ayat diatas bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa kepada Allah yaitu mereka yang apabila melakukan kesalahan, mereka kemudian mengingat Allah serta bertaubat atas segala kesalahan yang dilakukannya dan tidak akan meneruskan atau mengulangi kesalahan.

Mengingat manusia adalah tempat salah dan lupa maka Allah dengan sifat Rahman dan RahimNya senantiasa membuka pintu taubat dan ampunanNya sampai kelak matahari terbit dari arah barat saat dimana kiamat kubra akan terjadi.

Nabi Muhammad SAW menjelaskan akan hal itu dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim yang artinya: “ Sesungguhnya Allah taala membentangkan tanganNya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang, dan Ia membentangkan tanganNya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu malam, sehingga matahari terbit dari arah barat (sampai kiamat).” ( H.R. Muslim )

2. Akhlakul karimah
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama.

Akhlak atau etika islami merupakan tema penting yang seringkali dibahas dalam kajian tazkiyatunnufus (pensucian diri), akhlak juga merupakan salah satu poin penting yang karenanya diturunkan Rasul pilihan, Nabi akhir zaman Muhammad Saw. "sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak".

Akhlak Islami merupakan sifat kepribadian yang sangat dianjurkan oleh agama yang hanif ini, dan menyerukan kepada segenap kaum muslimin untuk menghiasi diri mereka dengannya.

Akhlak adalah manifestasi batin seorang muslim yang mana pada hari akhir nanti akan ditampakkan segala hakikatnya. Sebagaimana pada diri manusia ada sisi jasmani yang dhohir, yang merupakan postur tubuh manusia itu sendiri manusia juga memiliki kerangka rohaniyahnya yang jika ditempa dengan baik dan dirawat maka akan menghasilkan bentuknya yang indah sebagaimana jasmani kita yang sering kita rawat dengan telitinya. Tetapi Allah hanya menilai bentuk rohaniyah dari seorang hamba-Nya saja, "seseunggunhnya Allah Swt tidak melihat kepada bentuk tubuh kalian melainkan pada hati kalian".

Akhlakul karimah merupakan akhlak muslim yang selalu dalam kesadaran dan mengingat Allah antara lain, menahan amarah, pemaaf, berprasangka baik, jujur, amanah, sabar, ikhlas, qanaah, wara’, tawadhu, dll

Alhamdulillah, adanya kesadaran dari pemerintah melalui melalui Kementerian Pendidikan Nasional yang sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD-Perguruan Tinggi . Namun pendidikan karakter bukanlah pendekatan melalui filsafat, psikologi, motivasi, menurut prasangka manusia atau hubungan antar manusia semata, yang terbaik adalah pendekatan melalui pendidikan akhlakul karimah, menghubungkan kembali manusia dengan Allah, mendidik manusia untuk dapat menghilangkan hijabnya dengan Allah sehingga dapat merasakan kedekatan atau kebersamaan dengan Allah yang memotivasi untuk mentaati perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Silahkan baca juga tulisan tentang pendidikan dan akhlak pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/07/pendidikan-akhlak/

3. Dzikir dan Doa

Dzikir jahar dan dzikir khofi kita lakukan dalam upaya untuk selalu mengingat Allah yang merupakan sebuah latihan untuk memunculkan akhlakul karimah karena selalu merasa dilihat Allah sampai meningkat kepada keadaan seolah-olah melihatNya.

4  Sholat wajib dan Sholat Sunnah, waktu terhubung kita dengan Allah pada waktu-waktu yang telah ditentukan..

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.”  (QS  Thaha 20: 14)

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al Ankabut 29: 45)

Nabi Muhammad Saw bersabda, bahwa Ash-shalatul Mi'rajul Mu'minin , “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. Yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.
Selengkapnya bacalah tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/20...sholat-khusyu/

2. Puasa, biasakanlah puasa senin-kamis atau yang lainnya, sehingga "keadaan" sedang berpuasa menambah waktu kita terhubung dengan Allah. Bukan sekedar menahan lapar dan haus saja.

Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika bertemu dengan Tuhannya” (HR Bukhari)

Begitu juga selalu menjaga wudhu  atau selalu dalam keadaan berwudhu, menambah waktu kita terhubung dengan Allah.

3.  Zuhudlah di dunia, menambahah waktu kita terhubung dengan Allah, bahkan bisa dikatakan sepanjang kehidupan di alam dunia.

Selengkapnya, silahkan baca tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/30/zuhudlah-di-dunia/

Dari Abul Abbas — Sahl bin Sa’ad As-Sa’idy — radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amalan yang jika aku beramal dengannya aku dicintai oleh Allah dan dicintai manusia.” Maka Rasulullah menjawab: “Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu.” (Hadist shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya).

Jika Allah mencintai kita maka sebagaimana sabda Rasulullah SAW, dalam sebuah hadits qudsi, bahwa Allah SWT, berfirman:

“Apabila Aku (Allah) mencintai seorang hamba, maka pendengarannya adalah pendengaran untuk-Ku, penglihatannya adalah penglihatan-Ku, tangannya (kekuasaannya) adalah kekuasaan-Ku, perjalanan kakinya adalah perjalanan untuk-Ku”

Imam Ahmad berkata, “Zuhud ada tiga macam:

  • Pertama, meninggalkan perkara haram, dan ini adalah zuhudnya orang awam.

  • Kedua, meninggalkan perkara halal yang tidak berguna, dan ini adalah zuhudnya orang khas / khusus.

  • Ketiga, meninggalkan perkara yang menyibukkan seorang hamba sehingga melupakan Allah (lupa mengingat Allah), dan ini adalah zuhudnya orang-orang arif.”


Kita harus menjadi seorang arif adalah orang yang menyibukkan dirinya dengan Allah dan hanya melakukan perbuatan jika Allah yang berkenan dan bukan karena keinginan kita sendiri. Dengan zuhud di dunia ,  kita dapat mencapai keadaan manusia yang terhubung sampai (wushul) kehadhirat Allah.

Silahkan baca juga tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/20...adhirat-allah/

Wassalam

Zon di Jonggol

3 komentar: